Ilustrasi - Djadjang Nurdjaman, Rahmad Darmawan, Kas Hartadi (Bola.com/Adreanus Titus)
Ada berapa pelatih lokal yang berhasil membawa timnya menjuarai kompetisi nasional sejak era Liga Indonesia dimulai pada musim 1994/1995? Jika melihat data ternyata jumlahnya tidak sedikit.
Total, ada 10 pelatih lokal yang sukses mengantarkan klubnya menjadi kampiun di kompetisi kasta tertinggi. Jumlah itu dihitung dari era Liga Indonesia dimulai saat penggabungan klub Perserikatan dan Galatama pada 1994/1995 hingga musim 2019 lalu.
Seperti diketahui, Liga 1 2020 harus dihentikan akibat pandemi COVID-19. Data di atas mengindikasikan pelatih lokal tidak bisa diremehkan. Kualitas mereka juga tak kalah dari pelatih asing.
Tapi yang pasti, sukses pelatih lokal membawa kesebelasannya menjadi juara di level tertinggi kompetisi Indonesia patut diapresiasi. Mereka seolah tidak mau kalah dengan juru racik asing asing yang dari berbagai sisi lebih istimewa, misalnya gaji tinggi, fasilitas lengkap, dan lain-lain.
Berikut 10 pelatih lokal yang berhasil membawa timnya menjadi kampiun kompetisi Liga Indonesia. Yuk scroll ke bawah untuk mengetahui siapa saja mereka.
Indra Thohir
Sosok bernama lengkap Indra Mohammad Thohir ini merupakan pelatih legendaris karena jadi juru racik terakhir yang memeluk trofi juara perserikatan sebelum dilebur pada 1994/1995. Musim 1993/1994, ia membawa Persib Bandung menjadi kampiun.
Kemudian pada 1994/1995 atau edisi perdana Liga Indonesia, Indra Thohir kembali membawa Maung Bandung menjadi juara. Oleh sebab itu, ia jadi pelatih terakhir yang menjuarai Perserikatan sekaligus juru taktik pertama yang juara Liga Indonesia.
Pada partai final Liga Indonesia 1994/1995, Persib berhadapan dengan Petrokimia Putra dan menang 1-0. Ketika itu, Indra Thohir beradu taktik dengan sesama pelatih lokal, Andi Teguh.
Rusdy Bahalwan
Pelatih lokal berikutnya yang membawa klubnya juara Liga Indonesia adalah Rusdy Bahalwan. Ia berhasil mempersembahkan trofi untuk Persebaya Surabaya pada musim 1996/1997 setelah mengalahkan Bandung Raya di partai final
Ketika itu, Bajul Ijo menang 3-1. Pertandingan final ini merupakan persaingan antara pelatih lokal melawan asing, karena Bandung Raya dilatih Albert Fafie, juru racik asal Belanda.
Pada 7 Agustus 2011, Rusdy Bahalwan menutup usia di umur 64 tahun. Namun, jasanya akan selalu dikenang Persebaya.
Edy Paryono
Di daftar berikutnya ada Edy Paryono. Ia menjadi pelatih lokal ketiga yang meraih gelar juara Liga Indonesia bersama PSIS Semarang pada musim 1998/1999.
Final musim ini menjadi paling dikenang karena kompetisi berlangsung di tengah masa reformasi sehingga situasi politik dan keamanan di Ibu Kota tidak stabil. Final akhirnya dipindahkan ke Stadion Klabat, Manado, Sulawesi Utara.
PSIS pun sukses mengalahkan Persebaya 1-0 lewat gol yang dicetak Tugiyo. Setelah berhasil mengantarkan Laskar Mahesa Jenar juara, Edy Paryono sering dipercaya PSSI menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia.
Syamsuddin Umar
Bersama PSM Makassar, Syamsuddin Umar berhasil meraih gelar juara Liga Indonesia 1999/2000. Pada partai final yang berlangsung di Senayan, Jakarta, Juku Eja mengalahkan PKT Bontang 3-2.
Sama seperti 1996/1997, final musim ini juga mempertemukan pelatih lokal versus asing. Syamsuddin Umar menghadapi Sergei Dubrovin, juru racik asal Moldova.
Buat PSM, Syamsuddin Umar merupakan pelatih langganan dan sang juru racik pun identik dengan Juku Eja. Dulu ia juga sering menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia.
Sofyan Hadi
Musim 2001 menjadi masa terindah buat Persija Jakarta. Itu karena Macan Kemayoran berhasil menyudahi paceklik gelar juara di kompetisi nasional level tertinggi.
Sosok yang dianggap berjasa adalah Sofyan Hadi, pelatih kepala Persija ketika itu. Ia berhasil mengantarkan tim Ibu Kota setapak demi setapak, sejak babak wilayah, delapan besar, hingga semifinal dan final.
Pada partai puncai, Persija sukses mengalahkan PSM. Ketika itu, pertandingan berlangsung sengit, bisa dilihat dari hasil akhir 3-2.
Tahun lalu, Sofyan Hadi mengembuskan napas terakhir, tepatnya pada 11 Maret 2020.
Jaya Hartono
Persik Kediri mengejutkan publik sepak bola Indonesia pada awal 2000-an. Sebab dalam waktu tiga musim, Macan Putih mampu menembus kasta tertinggi, dari Divisi 2, Divisi 1, hingga Divisi Utama.
Puncaknya saat Divisi Utama musim 2003, Persik menjadi juara. Ketika itu, Macan Putih ditangani Jaya Hartono, pelatih asal Medan yang sudah bermukim di Jawa Timur.
Adapun, Divisi Utama 2003 digelar menggunakan format satu wilayah. Persik tampil sebagai juara di akhir musim dengan catatan 38 kali main, 18 menang, 13 seri, dan sisanya kalah.
Rahmad Darmawan
Sosok ini bisa dibilang merupakan pelatih lokal paling sukses. Itu karena saat era Liga Indonesia, ia mampu dua kali membawa timnya menjadi juara.
Pertama saat melatih Persipura Jayapura di Divisi Utama 2005. Kemudian ketika mengantarkan Sriwijaya FC menjuarai Divisi Utama 2007.
Tangan dingin Rahmad Darmawan memang jadi banyak buruan klub nasional. Sekarang, mantan anggota marinir ini menangani Madura United.
Daniel Roekito
Pelatih asal Rembang ini sempat melambungkan kembali nama besar Persik. Tepatnya di kompetisi musim 2006.
Pada musim 2004 dan 2005, Persik memang sempat kehilangan hegemoninya di persaingan juara. Namun di tangan Daniel Roekito, Macan Putih kembali menjadi kampiun.
Pada partai final Liga Indonesia 2006 di Stadion Manahan, Solo, Persik berhasil mengalahkan PSIS Semarang 1-0. Adapun saat ini, Daniel Roekito sudah pensiun sebagai pelatih.
Kas Hartadi
Kembali pelatih lokal unjuk gigi di musim 2011/2012, ketika Kas Hartadi membawa Sriwijaya FC menjuarai Indonesia Super League (ISL). Saat itu, kompetisi mengalami perpecahan.
Namun, Sriwijaya FC tetap fokus ke ISL yang diikuti sebagian besar klub. Hasilnya di akhir musim, Laskar Wong Kito mampu tampil sebagai juara.
Awalnya, Kas Hartadi hanya menjabat sebagai asisten pelatih dari Ivan Kolev. Tapi di tengah jalan, ia naik menjadi pelatih kepala dan berhasil membawa Sriwijaya FC juara.
Djadjang Nurdjaman
Pelatih lokal terakhir yang berhasil membawa timnya menjuarai Liga Indonesia adalah Djadjang Nurdjaman. Momen terbaik didapatnya saat mengantar Persib menjadi kampiun ISL 2014.
Pada pertandingan final yang digelar di Stadion Jakabaring Palembang, Sumatra Selatan, Persib berhadapan dengan Persipura. Laga itu menjadi persaingan pelatih lokal karena Mutiara Hitam ditangani Mettu Duaramuri.
Pertai final tersebut dituntaskan lewat drama adu penalti karena kedua tim bermain imbang 2-2 dalam waktu normal. Hasilnya, Persib menang 5-3. Nama Djadjang Nurdjaman pun dielu-elukan Bobotoh.
Reporter: Fitri Apriani